Kamis, 24 Oktober 2019

simple queue dan queue tree

Management Bandwidth merupakan implementasi dari proses mengantrikan data, sehingga fungsi management bandwidth di Mikrotik disebut dengan istilah Queue. Ada dua metode Queue pada Mikrotik yaitu Simple Queue dan Queue Tree. Kedua metode tersebut memanfaatkan Memory/RAM di router sebagai buffer penampungan antrian paket data. Jika antrian paket data sudah memenuhi penampungan maka paket data yang tidak tertampung akan di Drop. Jika protocolnya TCP, paket yang di drop akan dikirim ulang oleh server. 
Simple Queue
Merupakan metode bandwidth management termudah yang ada di Mikrotik. Menu dan konfigurasi yang dilakukan untuk menerapkan simple queue cukup sederhana dan mudah dipahami. Walaupun namanya simple queue sebenarnya parameter yang ada pada simple queue sangat banyak, bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang ingin diterapkan pada jaringan.
Parameter dasar dari simple queue adalah Target dan Max-limit. Target dapat berupa IP address, network address, dan bisa juga interface yang akan diatur bandwidthnya. Max-limit Upload / Download digunakan untuk memberikan batas maksimal bandwidth untuk si target.
Simple Queue mampu melimit Upload, download secara terpisah atau Total(Upload+download) sekaligus dalam satu rule menggunakan tab Total.
Setiap rule pada Simple Queue dapat berdiri sendiri ataupun dapat juga disusun dalam sebuah hierarki dengan mengarahkan Parent ke rule lain. Parameter-parameter lain juga bisa dimanfaatkan untuk membuat rule semakin spesifik seperti Dst, Priority, Packete Mark dan sebagainya. Salah satu contoh bisa di lihat di artikel Manajemen Bandwidth Menggunakan Simple Queue

Queue Tree
Merupakan fitur bandwidth management di Mikrotik yang sangat fleksibel dan cukup kompleks. Pendefinisian target yang akan dilimit pada Queue Tree tidak dilakukan langsung saat penambahan rule Queue namun dilakukan dengan melakukan marking paket data menggunakan Firewall Mangle.
Inilah yang menjadikan penerapan Queue Tree menjadi lebih kompleks. Langkah ini menjadi tantangan tersendiri, sebab jika salah pembuatan Mangle bisa berakibat Queue Tree tidak berjalan.
Namun disisi lain penggunaan Mangle Packet-Mark ini juga menguntungkan, sebab akan lebih fleksible dalam menentukan traffic apa yang akan dilimit, bisa berdasar IP Address, Protocol, Port dan sebagainya. Setiap service pada jaringan dapat diberikan kecepatan yang berbeda. Sebagai contoh, bisa dilihat pada artikel penerapan Queue Tree untuk memberikan limit kecepatan yang berbeda antara traffic game online dan browsing.
Mana lebih baik, Simple Queue atau Queue Tree ?
Baik Simple Queue maupun Queue Tree memiliki keunggulannya masing-masing. Simple Queue, seperti namanya, cukup mudah dalam melakukan konfigurasi. Jika kebutuhannya untuk melakukan limitasi berdasarkan target IP Address atau interface, maka Simple Queue merupakan pilihan yang tepat. Sehingga kita tidak disibukkan dengan pengaturan mangle.
Sedangkan Queue Tree, seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya harus menggunakan Mangle, harus sangat cermat dalam pembuatannya. Namun jika kebutuhan Queue lebih detail berdasarkan service, protocol, port, dsb maka Queue Tree  adalah jawabannya. Simple Queue juga memiliki parameter mark-packet, namun dari sisi management akan lebih mudah jika mark-packet diterapkan pada Queue Tree.
Dari segi penggunaan resource, baik Simple maupun Queue Tree sama-sama menggunakan resource RAM. Namun pada Queue Tree karena menggunakan kombinasi dengan Mangle maka resource CPU juga akan digunakan. 
Bagaimana jika keduanya digunakan?
Secar teknis keduanya dapat berjalan bersamaan, namun perlu ketelitian yang lebih untuk menjaga keduanya agar tidak tumpang tindih.

Untuk mengetahui lebih detail, kita akan melihat alur proses yang terjadi di dalam Router. Di bawah ini merupakan gambaran aliran proses paket data (packet flow) RouterOS versi5. Proses pembacaan Queue dilakukan pada Global-in (prerouting) dan Global-Out (postrouting).
 
Sedangkan pada RouterOS versi 6.x, letak Simple Queue dan Queue Tree terjadi perubahan dan antara Simple Queue dan Queue Tree berdiri sendiri, bisa dilihat pada gambar di bawah.
Berdasarkan Packet-Flow di atas, kita bisa melihat secara proses Queue Tree terbaca terlebih dahulu. Namun proses ini tidak berhenti dan tetap akan dilanjutkan ke proses berikutnya yakni Simple Queue. Sehingga jika terdapat sebuah paket data yang sama, kemudian dibuat Simple Queue dan Queue Tree secara bersamaan, maka hasil akhirnya kecepatan Client akan mengikuti limit yang terkecil.
Sebagai contoh, Simple Queue mendefinisikan Max Limit Upload/Download=1M/1M sedangkan Queue Tree menentukan upload/download=512k/512k . Maka hasil akhirnya client akan mendapat kecepatan sebesar 512k, sesuai limitasi terkecil.
Dari pembahasan diatas maka akan lebih mudah jika kita implementasikan salah satu Queue saja. Selain mudah dalam konfigurasi, maintenance dan monitoring nya juga akan lebih mudah.

Menguji konfigurasi manajemen bandwidth

Pada pengujian hasil manajemen bandwidth pada jaringan, client akan mendapatkan bandwidth untuk penggunaan jaringan internet. Dalam browsing, client akan merasakan sedikit lama memuat seuatu halaman karena terdapat pembatasan bandwidth oleh ”Simple Queues” yang telah kita konfigurasi tadi. Pada mikrotik, akan terlihat queue yang kita buat untuk masing-masing client akan berubah warna, itu menandakan bahwa client kita sedang aktif menggunakan bandwidth dalam jaringan.

BitMeter
software untuk melihat/mengecek berapa kecepatan upload dan download dari koneksi internet anda baik untuk paket unlimited ataupun kuota yang anda beli dari ISP pilihan anda. kecepatan upload dan download

NetTraffic
untuk monitor kecepatan internet yang ditampilkan kedalam bentuk grafik pekaian perhari/bulanan dan tahunan yang memudahkan anda untuk mengetahui dan mengukur dengan tepat kecepatan dan berapa banyak pemakaian bandwidth internet anda.

SpeedConnect Internet Accelerator
selain menjadi internet/bandwidth meter software ini juga mampu mengoptimalkan koneksi internet dan meningkatkan kecepatan internet anda, browsing, download dan online game jadi lebih cepat.

NetSpeedMonitor
Seperti namanya, software NetSpeedMonitor untuk memonitor kecepatan koneksi internet upload dan download serta fungsi lain seperti catatan/log berapa banyak bandwidht yang anda habiskan perhari atau bulanan. pake software ini koneksi internet paket kuota anda akan jadi lebih terjaga dan terkontrol.

FreeMeter

Simple, ringan dan mengerjakan tugasnya adalah gambaran dari software FreeMeter dengan ukuran file 120KB software ini sudah cukup untuk kamu jadikan sebagai alat untuk mengukur kecepatan koneksi internet, banyaknya bandwidth yang terpakai, ping utility, trace route dll dalam satu paket.

Menyusun konfigurasi manajemen bandwidth


Pada kali ini saya akan mencontohkan manajemen bandwidth user hotspot mikrotik dengan queue tree limitasi/batasan kecepatan bandwidth share pada group username yang berbeda.

Contoh kali ini adalah kita akan membuat jaringan hotspot pada kantor, dan akan membuat kebijakan:
  • User Profile "Karyawan", yang akan mempunyai limitasi bandwidth share Up To 2Mbps. 
  • User Profile "Tamu", yang akan mempunyai limitasi bandwidth share Up To 1Mbps.

Setting User Profile "Karyawan"




Kita set/buat User Profile untuk username untuk "Karyawan" yang nantinya mempunyai limitasi bandwidth maksimal 2Mbps untuk semua "karyawan". Dan hanya menggunakan 1 username (Shared User)


Lalu buat users di hotspot seperti gambar dibawah


Setting User Profile "Tamu"
Kita set/buat User Profile untuk username untuk "Tamu" yang nantinya mempunyai limitasi bandwidth maksimal 1Mbps untuk semua "Tamu". Dan hanya menggunakan 1 username (Shared User)


Lalu buat users hotspot seperti gambar dibawah


Terlihat saya set parameter pada opsi "Incoming-Packet-Mark & Outgoing-Packet-Mark" karena pada contoh ini akan menggunakan Queue Tree untuk manajemen bandwidth hotspot dengan packet-mark yang dibuat otomatis oleh Hotspot-User Profile.

Marking paket yang otomatis oleh User-Profile diperlukan mangle dengan action=jump ke chain=hotspot agar tehnik ini dapat berjalan. Karena packet-mark yang dibuat otomatis oleh Hotspot-User Profile berada pada chain=hotspot.



Jika ada User Hotspot yang Login maka akan terdapat otomatis rule mangle mark-packet baru yang ditambahkan oleh User-Profile yang sudah kita buat sebelumnya.


Dengan mangle tersebut bisa kita terapkan manajemen bandwidth menggunakan Queue Tree. Disini kita akan membuat bandwidth share /upto per group client hotspotnya.


Manajemen Bandwidth 
Pada step ini kita akan set manajemen bandwidth hotspot mikrotik menggunakan queue tree. Step pertama kita tentukan parent Total Bandwidth Download & Uploadnya.


Kemudian kita buat Child Parent untuk "karyawan", dengan limitasi maksimal download 2mbps dan upload 512kbps untuk group semua user karyawan.


Terakhir kita buat Child Parent untuk "tamu" dengan limitasi maksimal download 1mbps dan upload 512kbps untuk group semua user tamu.


Hasilnya akan menjadi seperti ini :


Dan ini hasil dari speedtest :

Memperbaiki konfigurasi manajemen bandwidth

Selanjutnya saya akan menjelaskan tentang konfigurasi pada Mikrotik RouteOS dengan menggunakan winbox.Setelah itu kita buka winbox dan masukan user name dan passwordnya. Biasanya user name nya adalah "admin" dan passwordnya kosong. Lalu kita search MAC Address RouterOS lalu enter.
Setelah itu kita set interfacenya.
Pada jaringan mikrotik ini, dibagi menjadi 2 interface, yaitu publik dan jaringan private. Jaringan Private terhubung dari router ke masing-masing PC, dimana masing-masing PC menggunakan IP static (192.168.10.0/24).
Setelah itu kita lihat pada halaman interface apakah interface yang kita buat tadi sudah ada atau belum seperti gambar dibawah ini:


setelah itu kita cek pada bagian IP - address list apakah interface yang tadi sudah tampil,kita pastikan pada bagian public terdapat tanda D yakni dynamic yang mana Ip tersebut yang akan terhubung langsung dengan internet diluar,yang mana internet yang bagian luar akan mengenali IP pada bagian public saja, ip dynaimc ini didapatkan dari setting DHCP CLIENT dan hasilnnya seperti kita lihat pada gambar dibawah ini:



kemudian kita perlu mensetting NAT Rule. NAT atau network address translation adalah sesuatu yang bisa membuat single device seperti router untuk berfungsi seperti sebuah agen antara internet (public network) dan sebuah jaringan local(private network).ini artinya ada sebuah IP address yang unik yang diperlukan untuk mempresentasikan keseluruhan grup computer terhadap apapun yang ada diluar jaringan mereka.
Photobucket
NAT yang sering dipakai biasanya adalah tipe masquerading yang merupakan suatu teknik menyembunyikan seluruh ruang alamat IP, dibelakang alamat IP lain. tipe ini biasanya diimplementasikan dalam suatu perangkat routing yang menggunakan stateful table terjemahan dari address yang tersembunyi kealamat IP tunggal dan kemudian readdress yang keluar dari Internet Protocol (IP) tampaknya berasal dari router.

Yang mana konfigurasi nya seperti gambar dibawah ini:




Setelah itu kita pastikan pada halaman firewall sudah tampil masquerading yang kita buat tadi pada bagian NAT.
MANAJEMEN BANDWIDTH
Proses pengaturan (shaping) bagian dari sebuah koneksi jaringan ke arah dunia luar dan memutuskan pemakaian bandwidth yang diperbolehkan berdasarkan aktivitasnya. biasanya digunakan dengan Internet Service Providers (ISP), disini digunakan sebuah tool untuk membatasi atau mengatur pemakaian bandwidth oleh user. Sebuah ISP boleh menggunakan bandwidth shaping untuk membatasi kemampuan seorang user untuk mengambil alih kontrol terlalu besar untuk internet gateway. Bandwidth shaping biasanya juga sering disebut bandwidth management.

Berikut langkah-langkah untuk melakukan shapping bandwidth:

1. Klik menu Queues > Queues Tree, klik tanda (+) merah

Pada tab General, isikan:
Nama : gigih dan tedy (kami mengambil 2 bagian)
Target address : 192.168.10.6 dan 192.168.10.3.
Max limit upload dan download : 64 kbps (Tergantung keingnan anda)
Burst threshold : 128 kbps (tergantung keinginan anda)
Burst time : 2




Setelah konfigurasi di atas selesai, kita dapat menggunakan menu torch untuk mengecek apakah bandwidth yang telah ditentukan berjalan dengan baik. Sekaliguis kita dapatt melihat trafik dari ip yang kita setting tadi. Berikut tampilan dari menu torch.




Dari gambar dapat dilihat bahwa Tx dan Rx Limit yang ditampilkan menunjukkan limit bandwidth yang telah dibuat sebelumnya.disini terdapat 3 icon warna yaitu Icon berwarna hijau menunjukkan bandwidth yang digunakan kurang dari batasan atau limitnya. Jika icon berubah menjadi warna kuning, berarti bandwidth mendekati full dan jika berubah menjadi merah, berarti bandwidth yang telah disediakan telah digunakan seluruhnya.gambar diatas sudah berwarna merah berarti sudah melewati batas maksimum bandwidth.




Max-limit merupakan batas maksimal bandwidth .
Burst-limit merupakan batasan maksimal bandwidth yang dapat dikonsumsi dalam waktu yang singkat yang ditentukan dengan burst-time.

Burst-Thres merupakan pemicu atau trigger atau titik pembalik atau batasan bandwidth riil yang diterima sebagai pembatas burst-limit.

Berarti dari konfigurasi shaping 2 komputer tersebut dapat memperoleh bandwidth penuh selama traffic riilnya belum mencapai 128kbps, jika dia sudah mencapai traffic riilnya maka secara otomatis bandwidth yang dia dapatkan akan berangsur-angsur turun menuju 64 kbps. Skenario seperti ini sering diterapkan di warnet yang lebih mengutamakan klien yang browsing daripada klien yang melakukan download. Dengan menggunakan konfigurasi seperti diatas sering kali klien yang browsing akan merasa cepat karena mereka sering kali mendapatkan 128 kbps sedangkan jika mereka mulai melakukan download data dari internet maka jatah koneksi mereka akan turun menjadi 64 kbps.